Inisiasi I
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
BERWUJUD
(Pendalaman Materi dari
Modul I)
1. Aktiva tetap berwujud
diperoleh dari pembelian.
Ada 4 alasan membeli aktiva berwujud,
yaitu:
1) Mengharapkan adanya penghematan
2) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
3) Mendapatkan suatu aktiva tetap berwujud
dengan kualitas baik
4) Tidak ada pihak lain yang bisa menyediakan
aktiva tetap berwujud yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria yang diinginkan
perusahaan
a. Pembelian aktiva tetap berwujud secara tunai.
Harga aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian
tunai adalah sebesar seluruh pengeluaran kas untuk mendapatkan aktiva tetap
berwujud tersebut hingga siap digunakan.
Contoh:
PT. Alfa membeli 1 unit
komputer pada tanggal 12 April 2005 seharga Rp5.000.000,- dengan termin
3/10, n/30. Biaya administrasi pembelian komputer adalah Rp50.000,- yang
meliputi PPN dan biaya pengantaran barang.
1
Jurnal apabila PT. Alfa melakukan
membayar sebelum tanggal 22 April 2005 adalah:
Komputer........................................Rp 4.900.000,-
Kas....................................................................
Rp 4.900.000,-
Perhitungan:
Harga faktur : Rp 5.000.000,-
Potongan tunai=
3%xRp5.000.000,- : (Rp 150.000,-)
Biaya pembelian : Rp
50.000,-
Harga perolehan
komputer Rp 4.900.000,-
2
Jurnal apabila PT. Alfa melakukan
membayar antara tanggal 22 April 2005 sampai 12 Mei 2005 adalah:
Komputer................................................. Rp
4.900.000,-
Rugi tidak memanfaatkan potongan...Rp 150.000,-
Kas....................................................................................Rp5.050.000,-
Catatan : Jika dalam transaksi pembelian terdapat persyaratan
atau termin kita harus memahami makna termin tersebut dan dalam perhitungan
transaksi harus melibatkan termin dengan pengaruh laba atau rugi memanfaatkan
diskon. Tapi jika dalam transaksi tidak ada termin maka langsung pada nilai
yang tertera dalam transaksi tersebut. Pengayaan tentang termin:
Contoh pembelian seperangkat furnitur tanggal 20 Agustus 2007,
seharga Rp 12.500.000, dan biaya angkut dan pasang Rp 500.000, dengan termin 5/10, n/30. Termin ini bermakna pembeli akan diberi diskon
jika pembayaran dilakukan sebelum tanggal 30 Agustus 2007, melewati tanggal
tersebut sampai dengan hari ke 30 pembeli tidak memanfaatkan diskon yang
diberikan hingga harus di catat rugi tidak memanfaatkan diskon. Pencacatan
seperti contoh di atas.
b. Pembelian aktiva tetap
berwujud secara angsuran
Harga jual secara kredit atau angsuran lebih besar
dibandingkan secara tunai, karena ada unsur bunga. Unsur bunga ini harus
diperlakukan sebagai biaya bunga selama periode mengangsur.
Ada 2 keadaan yang berkaitan dengan unsur bunga ini, yaitu:
1.
Bunga dinyatakan secara eksplisit.
Contoh:
PT. Biru membeli membeli mobil secara kredit dengan harga beli
secara tunai sebesar Rp 25.000.000,-. Pembayaran pertama saat penyerahan mobil
pada tanggal 8 Januari 2005 sebesar Rp10.000.000,-. Kekurangannya diangsur
sebanyak 3 kali setiap tanggal 31 Desember 2005 dengan beban bunga 10%/tahun
dari saldo utang.
Jurnal untuk pembayaran pertama
Tgl 8/1/05
Kendaraan....................Rp 25 juta
Utang
pembelian kendaraan.....Rp 15 juta
Kas..................................................Rp
10 juta
Jurnal untuk angsuran I dengan bunga (10% x Rp 15 juta)
Tgl 31/12/05 Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp 1,5 juta
Utang pembelian kendaraan...Rp 5 juta
Kas........................................................Rp
6,5 juta
Jurnal untuk angsuran II
dengan bunga (10% x Rp 10 juta)
Tgl 31/12/06 Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp 1 juta
Utang pembelian kendaraan...Rp 5 juta
Kas........................................................Rp
6 juta
Jurnal untuk angsuran III
dengan bunga (10% x Rp 5 juta)
Tgl 31/12/07 Biaya
bunga pemb. Kend..........Rp500.000,-
Utang pembelian kendaraan...Rp 5 juta
Kas........................................................Rp
5,5 juta
2.
Bunga tidak dinyatakan secara eksplisit
Contoh:
Misalkan angsuran dibayarkan tiap tgl 31 Desember sebesar
Rp6.245.235,- sebanyak 3 kali.
Jadi total kas yang dikeluarkan adalah sebesar Rp28.735.705,-
(Rp10 juta + [3xRp6.245.235,-]). Ada selisih sebesar Rp3.735.705,- dari harga
tunai. Dari sini diperhitungkan tingkat bunga sebesar 12% (trial and error).
Tanggal
|
Jumlah
|
Biaya
Bunga
|
Utang
|
Pokok
Utang
|
8/1/05
31/12/05
31/12/06
31/12/07
|
-
Rp6.245.235,-
Rp6.245.235,-
Rp6.245.235,-
|
-
12%xRp15.000.000=Rp1.800.000
12%xRp10.554.765=Rp1.266.572
12%xRp 5.576.102=Rp 669.133
|
-
Rp4.445.235
Rp4.978.663
Rp5.576.102
|
Rp15.000.000
Rp10.554.765
Rp
5.576.102
-
|
Jumlah
|
Rp18.735.705
|
Rp3.735.705
|
Rp15000.000
|
Jurnal untuk pembayaran pertama
Tgl 8/1/05
Kendaraan...........Rp25.000.000
Utang
pemb. Kend............Rp15.000.000
Kas.......................................Rp10.000.000
Jurnal untuk pembayaran angsuran I
Tgl 31/12/05 Biaya
bunga pemb. Kend....Rp1.800.000
Utang pemb. Kend..............Rp4.445.235
Kas..........................................Rp6.245.235
Jurnal untuk pembayaran angsuran II
Tgl 31/12/05 Biaya
bunga pemb. Kend....Rp1.226.572
Utang pemb. Kend..............Rp4.978.663
Kas..........................................Rp6.245.235
Jurnal untuk pembayaran angsuran III
Tgl 31/12/05 Biaya
bunga pemb. Kend....Rp 669.132
Utang pemb. Kend..............Rp5.576.102
Kas..........................................Rp6.245.235
c. Pembelian aktiva tetap berwujud secara gabungan
(lumpsum)
Pencatatan harga gabungan harus dialokasikan ke tiap jenis
aktiva tetap berwujud berdasarkan nilai wajar (harga pasar) masing-masing
aktiva tetap tersebut.
Contoh:
PT. Top membeli tanah, bangunan pabrik dan mesin dengan total
harga Rp 600.000.000,-. Biaya administrasi dan biaya persiapan sampai aktiva
tetap tersebut siap digunakan adalah Rp25.000.000,-.
Pada tanggal pembelian, harga pasar masing-masing aktiva
adalah:
3 Tanah.................................................Rp
450.000.000
4 Bangunan
pabrik..............................Rp 200.000.000
5 Mesin.................................................Rp
250.000.000
Jumlah Rp 900.000.000
§ Jurnal
untuk pembelian tanah, pabrik dan mesin secara lumpsum
Tanah..........................................Rp312.500.000
Bangunan
pabrik.......................Rp138.888.889
Mesin..........................................Rp173.611.111
Kas............................................................Rp625.000.000
Perhitungan
alokasi:
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
2. Aktiva tetap berwujud
yang diperoleh dari pertukaran
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.png)
Dimana:
Nilai pertukaran = Kas yang diterima +
Nilai wajar aktiva
a. Pertukaran
aktiva tidak serupa-terdapat laba pertukaran
PT. Bumi membeli tanah dengan pembayaran
kas sebesar Rp20.000.000,- dan sebuah mobil bekas. Pada saat transaksi, nilai
buku mobil adalah Rp35.000.000,- (harga perolehan Rp40.000.000,- dan akumulasi
depresiasi Rp5.000.000,-) dan harga pasar mobil sebesar Rp37.000.000,-
sedangkan harga pasar tanah adalah Rp35.000.000,-.
§ Jurnal untuk tukar tambah mobil dengan
tanah
Tanah............................................Rp57.000.000,-
Akumulasi Depresiasi mobil.....Rp 5.000.000,-
Laba pertukaran
aktiva tetap berwujud......Rp
2.000.000,-
Kendaraan............................................................Rp40.000.000,-
Kas.........................................................................Rp20.000.000,-
b. Pertukaran
aktiva tidak serupa-terdapat rugi pertukaran
Bila pada contoh PT Bumi diatas, harga pasar mobil adalah
Rp30.000.000,-, maka:
§ Jurnal untuk tukar tambah mobil dengan
tanah
Tanah..................................................................Rp50.000.000,-
Akumulasi Depresiasi mobil...........................Rp 5.000.000,-
Rugi pertukaran aktiva tetap berwujud......Rp 5.000.000,-
Kendaraan........................................................................Rp40.000.000,-
Kas.....................................................................................Rp20.000.000,
c.
Pertukaran aktiva serupa-terdapat rugi
pertukaran dan tidak ada penerimaan kas
PT. Mae hendak menukar kendaraan dinas
karyawannya dengan yang baru. Nilai buku kendaraan lama adalah Rp25.000.000,-
(harga perolehan Rp32.000.000,- dan akumulasi depresiasi Rp7.000.000,-). Harga
tunai kendaraan baru adalah Rp 40.000.000,-, dengan pengeluaran kas oleh PT.
Mae sebesar Rp20.000.000.
§ Jurnal untuk tukar tambah kendaraan
Kendaraan
(baru)...........................................Rp40.000.000,-
Akum. Depresiasi kendaraan
(lama)..........Rp 7.000.000,-
Rugi pertukaran aktiva tetap
berwujud..Rp 5.000.000,-
Kendaraan
(lama)..................................................Rp32.000.000,-
Kas...........................................................................Rp20.000.000,-
d. Pertukaran
aktiva serupa-terdapat rugi pertukaran dan tidak ada penerimaan kas
Bila pada contoh PT Mae diatas,
pengeluaran kas untuk menukar mobil sebesar Rp10.000.000,-, maka:
§ Jurnal untuk tukar tambah kendaraan
Kendaraan
(baru)...........................................Rp35.000.000,-
Akum. Depresiasi kendaraan
(lama)..........Rp 7.000.000,-
Kendaraan
(lama)..................................................Rp32.000.000,-
Kas...........................................................................Rp10.000.000,-
* Pada
pertukaran aktiva serupa, apabila terjadi kerugian, maka kerugian harus segera
diakui. Tapi apabila timbul laba, maka pengakuan laba harus ditunda.
e. Pertukaran
aktiva seruap-ada penerimaan kas
PT. Jazz menukar lemari dengan yang lebih
sederhana. Harga perolehan komputer lama Rp2.500.000,- dan telah
didepresiasikan sebesar Rp500.000,-. Harga tunai lemari baru adalah
Rp2.250.000,- Dari transaksi ini PT.Jazz menerima kas sebesar Rp250.000,-.
§ Jurnal untuk tukar tambah komputer
Kas.........................................................Rp 250.000,-
Perabot kantor-lemari
(baru).........Rp1.800.000,-
Akumulasi depr perabot
toko.........Rp 500.000,-
Laba
penjualan lemaari..................................Rp 50.000,-*
Perabot
toko-lemari (lama)...........................Rp2.500.000,-
* Bag. Laba yang boleh
diakui:
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.png)
3. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh melalui pertukaran dengan surat berharga
Contoh:
PT. Birdie “membeli” mesin yang “dibayar”
dengan 1.500 lembar saham biasa. Nilai nominal per lembar saham adalah
Rp20.000. Harga pasar mesin pada tanggal transaksi adalah Rp35.000.000
§ Jurnal “pembelian” mesin yang “dibayar”
dengan 1.500 lembar saham biasa
Mesin...................................Rp35.000.000
Modal saham
biasa.....................................Rp30.000.000
Agio saham
biasa........................................Rp
5.000.000
4. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pemberian (donasi) atau hasil temuan.
Contoh:
PT. Lestari mendapatkan sumbangan kendaraan
dengan harga pasar sebesar Rp9.000.000.
§ Jurnal untuk penerimaan sumbangan
kendaraan
Kendaraan.............................................Rp9.000.000
Modal
donasi.........................................................Rp9.000.000
Apabila ada sejumlah biaya yang harus
ditanggung oleh PT. Lestari, misalnya ongkos balik nama sebesar Rp1.500.000.
maka:
§ Jurnal untuk biaya administrasi balik
nama
Modal
donasi....................................Rp1.500.000
Kas.........................................................................Rp1.500.000
Inisiasi II
SAUDARA MAHASISWA, sudahkah anda
membaca Modul 2 BMP EKMA 4313 anda? Mari kita mengkaji materi di modul tersebut!!
DEPRESIASI
DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
Berbicara mengenai depresiasi, maka depresiasi adalah salah
satu dari tiga istilah penyusutan yang kita gunakan. Penyusutan, ialah
berkurangnya manfaat ekonomis suatu aktiva tetap selama masa
penggunaannya.Penyusutan meliputi:
1
Depresiasi , istilah penyusutan untuk
aktiva tetap berwujud
2
Deplesi, istilah penyusutan untuk aktiva
sumber alam
3
Amortisasi, istilah penyusutan untuk
aktiva tetap tidak berwujud
Keempat faktor ini harus anda pahami sebelum menghitung biaya
penyusutan:
1.
Harga Perolehan (HP): Keseluruhan
pengeluaran yang layak dibebankan untuk memperoleh suatu aktiva tetap
2. Umur Ekonomis (i): Umur aktiva tetap sejak siap digunakan
sampai pada waktu aktiva tetap tersebut secara ekonomis sudah tidak
menguntungkan lagi untuk dipergunakan terus.
3.
Nilai sisa/residu
(NR): Nilai aktiva tetap setelah habis umur
ekonomisnya atau jumlah yang diharapkan akan diperoleh melalui penjualan aktiva
yang bersangkutan setelah pemberhentian pemakaian.
4.
Metode Penyusutan
Sedangkan dalam pencatatannya, jurnal depresiasi adalah
sebagai berikut:
Contoh:
Biaya Depresiasi Peralatan Kantor Rp. 50.000
Akumulasi
depresiasi Peralatan Kantor Rp.
50.000.
Saat tutup buku, akumulasi ini akan menjadi pengurang harga
aktiva tetap pada laporan neraca:
NERACA
Aktiva Tetap
Peralatan
Kantor 200.000
Ak.penyusutan (50.000)
150.000
|
METODE PENYUSUTAN
Metode penyusutan adalah cara mengalokasikan harga perolehan sebagai biaya operasional sepanjang umur aktiva. Hasil perhitungannya adalah biaya depresiasi (Dep) per tahun dari aktiva tetap tersebut.
METODE AKTIFITAS
Dalam metode
aktivitas, umur ekonomis aktiva tetap diukur berdasarkan jumlah jam kerja atau
jumlah produk yang mampu diberikan oleh aktiva tetap tersebut.
Rumus: Jumlah
jam/unit yang dihasilkan x ( HP – NR)
Total
jam / unit yang dihasilkan
Contoh,
PT ISO MANTHEP membeli mesin pengaduk adonan dengan harga
faktur Rp 250.000.000, biaya pemasangan dan biaya lain yang dikapitalisasikan
Rp 30.000.000. Mesin tersebut diperkirakan dapat memproduksi sebanyak 5.000.000
unit kue selama umur ekonomisnya. Pada tahun 2005 diproduksi kue sebanyak
500.000 unit. Nilai residu mesin adalah Rp 20.000.000. Buat jurnal penyusutan
mesin yang dicatat PT ISO MANTHEP
Dari soal tersebut diketahui:
HP = Rp 250.000.000 + Rp 30.000.000 = Rp
280.000.000
NR= Rp 40.000.000
HP – NR = Rp 280.000.000 - Rp 20.000.000
= Rp 260.000.000
Unit yang dihasilkan th 2005 = 500.000
unit.
Total Unit yang dihasilkan = 5.000.000
unit
Dep = 500.000 unit x Rp 260.000.000
5.000.000 unit
= Rp26.000.000
Jadi Jurnalnya adalah
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Adonan Rp. 26.000.000
Akumulasi
depresiasi Mesin Pengaduk Adonan Rp.
26.000.000
Bagaimana Saudara, apakah anda bias memahami dengan baik
Metode Aktifitas?
METODE
GARIS LURUS.
Adalah metode yang paling mudah. Digunakan apabila suatu
aktiva tetap memiliki penyusutan yang relatif tetap setiap tahunnya.
Contoh: Dengan soal diatas, apabila diketahui umur ekonomis
(i) Mesin Pengaduk Adonan adalah 5
tahun, maka:
Penyusutan per tahun selama 5 tahun adalah:
HP – NR = Rp.260.000.000
=
Rp. 52.000.000
i 5
Jadi Jurnalnya per
tahun:
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Adonan Rp. 52.000.000
Akumulasi
depresiasi Peralatan Kantor Rp.
52.000.000
Sekarang Marilah
kita lihat Program Depresiasi dengan Metode Garis Lurus ini. Perhatikanlah
bahwa depresiasi per tahun besarnya tetap, mulai dari tahun I sampai dengan
umur mesin tersebut habis!
Program Depresiasi
dengan Metode Garis Lurus (dalam ribuan)
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Depresiasi
/tahun
|
Akumulasi
Depresiasi (total depresiasi yang telah terjadi)
|
Nilai Buku Akhir Tahun
(HP – Akumulasi)
|
0
|
280.000
|
-
|
-
|
280.000
|
1
|
280.000
|
52.000
|
52.000
|
228.000
|
2
|
280.000
|
52.000
|
52.000+52.000=104.000
|
176.000
|
3
|
280.000
|
52.000
|
52.000+52.000+52.000
= 156.000
|
124.000
|
4
|
280.000
|
52.000
|
52.000+52.000+52.000
+52.000= 208.000
|
72.000
|
5
|
280.000
|
52.000
|
52.000+52.000+52.000
+52.000+52.000=
260.000
|
20.000
|
DEPRESIASI DENGAN PEMBEBANAN MENURUN
Pada metode diatas,
kita bisa menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai buku pada tahun tertentu
kita selalu menggunakan Harga Perolehan Aktiva tersebut. Seperti pada metode
garis lurus, diatas untuk mendapatkan nilai buku setiap tahun, kita selalu mengurangkan
Rp. 280.000.000 dengan akumulasi depresiasi pada tahun yang
bersangkutan.
Hal ini tidak
terjadi pada depresiasi pembebanan menurun. Pada metode ini, nilai buku
terakhir lah yang dikurangi dengan akumulasi penyusutan tahun tersebut untuk
mendapatkan nilai buku selanjutnya, dan seterusnya. Cobalah perhatikan 3 metode
pembebanan dibawah ini.
METODE SALDO MENURUN BERGANDA (DOUBLE
DECLINING BALANCE)
Rumus mencari
persentase depresiasi tiap tahun adalah
2/umur ekonomis X
Nilai Buku atau 2 kali tarip depresiasi
garis lurus.
Contoh: dari soal
diatas
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
Umur ekonomis = 5
tahun
1 Tarif depresiasi garis lurus = 52.000.000 = 0.2
260.000.000
Depresiasi/ tahun saldo menurun berganda = 2
x 0,2 = 0,4
2 Atau 2/ umur ekonomis = 2/5 = 0,4
Yang perlu
diperhatikan pada Metode ini:
1.
Biaya depresiasi
tahun pertama diperhitungkan dengan menggunakan Harga Perolehan, tanpa
dikurangi nilai sisa.
2.
Biaya depresiasi
untuk tahun terakhir, tidak dihitung berdasarkan tarif (0,4 x Nilai buku),
melainkan dengan mengurangi nilai buku tahun tersebut dengan nilai residu.
Depresiasi tahun I =
2/5 x Rp. 280.000.000
= 0,4 x
Rp. 280.000.000
= Rp. 112.000.000.
Program Depresiasi
dengan Metode Saldo Menurun Berganda(dalam ribuan)
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Depresiasi
/tahun
0,4 x NB
|
Akumulasi
Depresiasi
|
Nilai Buku Akhir Tahun
(HP – Akumulasi)
|
1
|
280.000
|
112.000
|
112.000
|
168.000
|
2
|
280.000
|
67.200
|
179.200
|
100.800
|
3
|
280.000
|
40.320
|
219.520
|
60.480
|
4
|
280.000
|
24.192
|
243.712
|
36.288
|
5
|
280.000
|
36.288 – 20.000 =
16.288
|
260.000
|
20.000
|
Depresiasi tahun
II = 0,4 x Rp. 168.000.000
= Rp. 67.200.000.
Depresiasi tahun III
= 0,4 x Rp. 100.800.000
= Rp.40.320.000.
Depresiasi tahun IV
= 0,4 x Rp.60.480.000
= Rp.24.192.000.
Depresiasi tahun V =
36.288 – 20.000 = 16.288
METODE JUMLAH ANGKA
TAHUN
Untuk mencari
depresasi per tahun, pertama-tama kita jumlahkan umur penggunaan aktiva
tersebut.
Karena n pada soal
diatas adalah 5 tahun, maka: 1 + 2 + 3 +
4 + 5 = 15.
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
NR= Rp 20.000.000
HP – NR = Rp 280.000.000
- Rp 20.000.000 = Rp 260.000.000
Depresiasi tahun 1 =
5/15 x Rp 260.000.000= Rp. 86.666.667
Depresiasi tahun 2 =
4/15 x Rp 260.000.000 = Rp. 69.333.333
Depresiasi tahun 3 =
3/15 x Rp 260.000.000= Rp. 52.000.000
Depresiasi tahun 4 =
2/15 x Rp 260.000.000= Rp. 34.666.667
Depresiasi tahun 5 =
1/15 x Rp 260.000.000 = Rp. 17.333.333
Program Depresiasi
dengan Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun
|
Harga Perolehan
|
Depresiasi
/tahun
|
Akumulasi
Depresiasi
|
Nilai Buku Akhir Tahun
(HP – Akumulasi)
|
1
|
280.000
|
86.666.667
|
86.666.667
|
193.333.333
|
2
|
280.000
|
69.333.333
|
156.000.000
|
124.000.000
|
3
|
280.000
|
52.000.000
|
208.000.000
|
72.000.000
|
4
|
280.000
|
34.666.667
|
242.666.667
|
37.333.333
|
5
|
280.000
|
17.333.333
|
260.000.000
|
20.000.000
|
METODE SALDO YANG
MENURUN
Persentase untuk
depresiasi (r) = ![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
Berdasarkan contoh
diatas :
HP = Rp 250.000.000
+ Rp 30.000.000 = Rp 280.000.000
NR= Rp 2.000.000
n = 5
tahun.
r = ![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.png)
= 1- ![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
= 1 – 0,59
= 0,41
Sehingga depresiasi
tahun I = 0,41 x Rp. 280.000.000
=
Rp 114.829.522,5 dan seterusnya lalu
dibuatkan program depresiasi, yang caranya sama dengan metode pembebanan menrun
berganda.
Selain beberapa
metode diatas, ada beberapa aktiva tetap yang karena jumlah unitnya yang banyak
membutuhkan metode khusus untuk memperkirakan depresiasinya. Salah satu metode khusus tersebut adalah :
METODE PERSEDIAAN
Digunakan untuk
aktiva tetap yang jumlah unitnya banyak namun harga perolehannya rendah. Pada
akhir periode ditaksir harga pasar aktiva tersebut dab digunakan sebagai nilai
buku.
Depresiasi Periode
200x = Nilai buku awal periode+Pembelian aktiva tetap
pada
tahunX-Nilai aktiva tetap yang diberhen-
tikan
tahunX –Nilai buku akhir tahunX
INVESTASI
v Investasi dalam Sekuritas Utang
A.
PENGERTIAN SEKURITAS UTANG
Sekuritas utang
(debt securities) merupakan
instrumen yang menunjukkan hubungan
kreditor dengan suatu
perusahaan. Sekuritas utang meliputi sekuritas
pemerintah, obligasi, utang
yang dapat dikonversikan (convertible debt),
commercial paper, dan
lain-lain. Piutang dagang
dan piutang pinjaman bukan
merupakan sekuritas utang
karena tidak memenuhi definisi sekuritas.
Investasi dalam
sekuritas utang dikelompokkan
menjadi tiga kategori untuk tujuan
akuntansi dan pelaporan.
Ketiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dimiliki sampai jatuh tempo
(held-to-maturity).
Sekuritas
utang yang menurut maksud dan kemampuan perusahaan akan dimiliki sampai jatuh
tempo.
2. Perdagangan (trading).
Sekuritas utang yang dibeli
dan dimiliki terutama
untuk dijual dalam waktu
dekat untuk menghasilkan
keuntungan atas selisih
harga jangka pendek.
3. Tersedia untuk dijual (available for sale).
Sekuritas utang
yang tidak diklasifikasikan sebagai
sekuritas yang dimiliki sampai
jatuh tempo atau perdagangan.
B.
PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK SETIAP KATEGORI SEKURITAS UTANG
Biaya yang
diamortisasi (amortized cost)
adalah biaya perolehan/akuisisi yang
disesuaikan untuk memperhitungkan amortisasi
diskonto atau premi, jika
dianggap tepat. Nilai
wajar (fair value)
adalah jumlah yang digunakan bila
instrumen keuangan dipertukarkan
dalam transaksi berjalan antara pihak-pihak
yang berkeinginan, selain
dari penjualan terpaksa
atau
likuidasi.
C.
PENGHITUNGAN SEKURITAS UTANG UNTUK SETIAP KATEGORINYA
1.
Sekuritas Utang yang Dimiliki hingga Jatuh Tempo
Hanya sekuritas utang yang dapat
diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dimiliki sampai
jatuh tempo. Hal
ini dikarenakan, menurut
definisinya, sekuritas ekuitas tidak mempunyai tanggal jatuh tempo.
Sekuritas utang harus diklasifikasikan
sebagai dimiliki hingga
jatuh tempo hanya
jika entitas yang melaporkan mempunyai
(a) niat positif,
dan (b) kemampuan
untuk
memiliki sekuritas
itu sampai jatuh
tempo. Perusahaan tidak
boleh mengklasifikasikan
sekuritas utang sebagai
sekuritas yang dimiliki
sampai jatuh tempo jika
berniat untuk memiliki
sekuritas tersebut selama
periode waktu yang tidak
terbatas. Demikian pula
jika perusahaan mengantisipasi perubahan suku
bunga, risiko mata
uang asing, kebutuhan
likuiditas atau alasan manajemen
aktiva kewajiban lainnya
maka sekuritas itu
tidak boleh
diklasifikasikan
sebagai dimiliki sampai jatuh tempo.
2. Sekuritas Utang yang tersedia untuk dijual
Investasi dalam
sekuritas utang yang
termasuk dalam kategori
tersedia untuk dijual dilaporkan
sebesar nilai wajar.
Keuntungan dan kerugian
yang belum terealisasi (unrealized
holding gain and
loss) yang berkaitan
dengan perubahan nilai wajar sekuritas utang yang tersedia untuk dijual
dicatat dalam akun keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum terealisasi.
Akun ini dilaporkan sebagai laba
komprehensif lainnya dan
sebagai komponen
terpisah dari
ekuitas pemegang saham
sampai benar-benar terealisasi.
Jadi, perubahan nilai wajar tidak dilaporkan sebagai bagian dari laba
bersih sampai sekuritas itu dijual.
Pendekatan ini mengurangi
volatilitas (ketidakstabilan)
laba bersih.
3. Sekuritas Utang Perdagangan
Sekuritas perdagangan
(trading securities) dimiliki
oleh suatu perusahaan dengan
maksud untuk dijual
dalam periode waktu
yang singkat. Perdagangan dalam
konteks ini berarti
pembelian dan penjualan
sering dilakukan dan sekuritas
perdagangan digunakan untuk
menghasilkan laba dari selisih
harga jangka pendek.
Periode kepemilikan atas
sekuritas ini
biasanya kurang
dari 3 bulan
dan mungkin lebih
sering diukur dalam hitungan hari
atau jam. Sekuritas
ini dilaporkan pada
nilai wajar, dengan keuntungan dan
kerugian kepemilikan yang
belum terealisasi (unrealized holding gains
and losses) dilaporkan
sebagai bagian dari
laba bersih. Setiap diskonto atau
premi tidak diamortisasi.
Investasi dalam
Sekuritas Saham
A. PENGERTIAN SEKURITAS SAHAM
Sekuritas Ekuitas (equity securities)
digambarkan sebagai sekuritas yang menunjukkan
bagian kepemilikan, seperti
saham biasa, saham
preferen atau modal saham
lainnya. Sekuritas ekuitas
juga mencakup hak
untuk memperoleh atau melepaskan
bagian kepemilikannya dengan
harga yang sudah disepakati
atau yang dapat
ditentukan, seperti warran,
hak, serta opsi beli (call option) atau opsi jual (put
option). Sedangkan, sekuritas utang yang dapat
dikonversi, dan saham
preferen yang dapat
ditebus tidak diperlakukan sebagai sekuritas ekuitas. Pada saat sekuritas ekuitas dibeli, harga pokoknya
mencakup harga beli sekuritas tersebut ditambah komisi pialang dan ongkos
lainnya yang berkaitan dengan pembelian itu.
Sejauh
mana suatu perusahaan
yang berperan sebagai
investor memperoleh bagian atas
saham biasa perusahaan
lain (investee), biasanya menentukan perlakuan
akuntansi untuk investasi
tersebut sesudah akuisisi. Investasi oleh
satu perusahaan dalam
saham biasa perusahaan
lain dapat diklasifikasikan menurut
persentase saham dengan
hak suara investee
yang dimiliki investor.
1.
Kepemilikan kurang dari 20% (metode
nilai wajar/fair value) – investor
mempunyai hak pasif.
2.
Kepemilikan antara
20% dan 50%
(metode ekuitas) –
investor mempunyai pengaruh yang signifikan.
3.
Kepemilikan lebih dari 50% (laporan
konsolidasi) – investor mempunyai hak mengendalikan.
B. PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK SETIAP KATEGORI
SEKURITAS SAHAM
1. Sekuritas Saham yang Dimiliki Kurang dari 20%.
Seperti telah disebutkan, sekuritas
ekuitas dicatat pada biaya (cost) atau harga
pokok/cost-nya. Dalam beberapa
kasus, biaya/cost sukar
ditentukan. Misalnya, sekuritas ekuitas yang diperoleh dalam pertukaran
dengan imbalan nonkas (properti atau
jasa) harus dicatat
pada (a) nilai
wajar imbalan yang diberikan atau
(b) nilai wajar
sekuritas yang diterima,
mana yang dapat ditentukan dengan
lebih jelas. Tidak
adanya nilai yang
dapat ditentukan dengan jelas
untuk properti atau
jasa atau harga
pasar sekuritas yang diperoleh mungkin mengharuskan
digunakannya penilaian atau estimasi agar diperoleh suatu harga pokok (cost).
Apabila
seseorang memiliki hak
kurang dari 20%
maka diasumsikan bahwa investor
itu mempunyai pengaruh
yang kecil atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap
investee. Dalam hal
ini, jika harga
pasar tersedia maka investasi itu
dinilai dan dilaporkan
setelah akuisisi dengan
menggunakan metode nilai wajar
(fair value method).
Metode nilai wajar
mengharuskan perusahaan
mengklasifikasikan sekuritas ekuitas
pada saat akuisisi
sebagai sekuritas yang tersedia
untuk dijual atau
sekuritas perdagangan. Oleh karena
sekuritas ekuitas tidak
mempunyai tanggal jatuh
tempo maka sekuritas ini
tidak dapat diklasifikasikan sebagai
sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo.
2. Sekuritas Saham yang dimiliki antara 20 – 50%
Walaupun
perusahaan investor dapat
memiliki saham perusahaan
investee kurang
dari 50%, hal
ini menyebabkan perusahaan
investor tidak memiliki kendali
hukum terhadap perusahaan investee. Akan tetapi, meskipun investor berinvestasi
dalam saham dengan
hak suara kurang
dari 50%, mereka masih
mempunyai kemampuan untuk
menerapkan pengaruh yang signifikan terhadap
kebijakan operasi dan
keuangan investee. Untuk memberikan pedoman
akuntansi bagi para
investor jika saham
biasa dengan hak suara yang
dimiliki adalah 50% atau kurang, dan untuk mengembangkan definisi operasional
dari “pengaruh yang
signifikan” maka APB
dalam Opinion No. 18 menyatakan bahwa kemampuan untuk menjalankan
pengaruh itu dapat ditunjukkan
dalam beberapa cara.
Sering
kali, diperlukan pertimbangan
dalam menentukan apakah
suatu investasi sebesar 20%
atau lebih menghasilkan
“pengaruh yang signifikan” terhadap kebijakan investee. Pada
akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an,
meningkatnya jumlah upaya
merger dan pengambilalihan “secara
paksa” telah menciptakan situasi
di mana “pengaruh
yang signifikan” atas
investee sulit ditentukan. Oleh karenanya, FASB memberikan contoh-contoh
kasus, di mana investasi sebesar
20% atau lebih
tidak memungkinkan investor
untuk melaksanakan “pengaruh yang
signifikan”. Berikut ini
contoh-contoh yang diberikan
FASB.
Investee menentang
akuisisi sahamnya oleh investor. Misalnya, investee mengajukan tuntutan
terhadap investor atau
mengajukan pengaduan kepada badan
regulator pemerintah.
a.
Investor dan investee menandatangani
suatu perjanjian yang menyatakan bahwa
investor akan melepaskan
hak-hak pemegang saham
yang signifikan. Hal ini biasanya terjadi
jika investee menolak
upaya pengambilalihan oleh investor,
dan investor setuju
untuk membatasi kepemilikan
sahamnya dalam investee.
b.
Bagian
kepemilikan investor tidak
menghasilkan “pengaruh yang signifikan” karena
kepemilikan mayoritas atas
investee terpusat pada sekelompok kecil pemegang saham yang
mengoperasikan investee tanpa memperhatikan pandangan investor lainnya.
c.
Investor
membutuhkan atau menginginkan
lebih banyak informasi keuangan daripada
yang diterbitkan investee
kepada publik. Kemudian, mencoba mendapatkannya dari
investee, namun gagal.
d.
Investor mencoba dan gagal untuk
menempatkan wakilnya dalam dewan direksi investee.
C. METODE EKUITAS
Dalam
metode ekuitas diketahui
adanya hubungan ekonomi
yang nyata antara investor
dan investee. Investasi
pada awalnya dicatat
pada cost/biaya saham yang
diperoleh, kemudian disesuaikan
pada setiap periode
untuk memperhitungkan
perubahan aktiva bersih
investee, yaitu jumlah
tercatat investasi secara periodik
ditambah (dikurangi) dengan
bagian proporsional investor atas
laba (rugi) investee
dan dikurangi dengan semua
dividen yang diterima
investor dari investee.
Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan
Indonesia. (1999). Standar
Akuntansi Keuangan-Buku Satu.
Jakarta:
Salemba Empat.
Kieso, Donald
E. dan Jerry
J. Weygandt. (2004).
Intermediate Accounting.
Edisi
ke-11. New York: John Wiley & Sons.
INISIASI
4
UTANG
JANGKA PENDEK DAN UTANG JANGKA PANJANG
UTANG
JANGKA PENDEK
A. PENGERTIAN UTANG JANGKA PENDEK (UTANG LANCAR)
Utang lancar
merupakan kewajiban yang
pelunasannya menggunakan
sumber daya yang
diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar atau dengan pembentukan utang lancar baru.
Definisi ini diterima secara luas karena tidak fokus hanya pada salah satu
jenis industri dan menghubungkan
antara utang lancar dan
aktiva lancar. Selain
itu, definisi tersebut
hanya secara tersirat memasukkan unsur
siklus operasi yang memang di
setiap industri terkadang berbeda-beda.
Secara umum, siklus
operasi didefinisikan sebagai
periode waktu antara akuisisi
barang dan jasa
dalam proses manufaktur
dengan realisasi kas yang
dihasilkan dari penjualan.
Berikutnya akan dijelaskan jenis-jenis utang lancar.
B. JENIS-JENIS UTANG LANCAR
Ada banyak jenis utang
lancar. Berikut ini jenis-jenis utang lancar
yang dibahas dalam modul ini.
1. Utang Usaha
Utang usaha
muncul karena adanya
perbedaan waktu penerimaan
jasa atau akuisisi aktiva
dengan pembayarannya. Biasanya
perbedaan waktu tersebut
dijelaskan dalam syarat penjualan yang
biasanya 30 hingga 60 hari.
Misalnya, 2/10 dan
n/30.
Kebanyakan,
sistem akuntansi didesain untuk mencatat kewajiban dalam pembelian barang
adalah ketika barang tersebut diterima atau, secara praktik, ketika bukti
invoice diterima. Namun,
sering kali terjadi
penundaan pencatatan barang dan kewajiban yang terkait. Pada prinsipnya
jika hak milik telah berpindah kepada
pembeli sebelum barang
diterima maka transaksi tersebut harus
dicatat saat perpindahan
hak milik barang
tersebut. Perhatian juga harus
diberikan pada transaksi yang terjadinya berdekatan dengan akhir periode akuntansi
dan awal periode
selanjutnya. Penting sekali
untuk menentukan bahwa pencatatan
barang yang diterima
(inventory) merupakan perjanjian dalam
bentuk kewajiban (utang
lancar), dan keduanya
harus dicatat dalam periode yang tepat.
2. Wesel Bayar Jangka Pendek
Wesel Bayar
merupakan janji tertulis
untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal tertentu
di kemudian hari.
Biasanya muncul akibat
dari pembelian, pembiayaan, dan
lain sebagainya. Wesel
bisa diklasifikasikan jangka panjang
atau jangka pendek,
tergantung tanggal jatuh
tempo pembayarannya. Wesel bisa
berupa interest-bearing atau
zero-interest-bearing.
3. Utang Dividen Kas
Utang Dividen
Kas merupakan jumlah
yang harus dibayar
oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya
setelah mendapatkan
persetujuan dari dewan
direksi. Pada tanggal
pengumuman, perusahaan
mengasumsikan kewajiban yang
menempatkan para pemegang
saham sebagai kreditor sebesar jumlah yang diumumkan. Oleh karena utang
dividen kas biasanya selalu
dibayar dalam kurun
waktu kurang dari
satu tahun (biasanya 3 bulan),
utang dividen dikategorikan utang jangka pendek.
4. Deposito yang Dapat Dikembalikan
Sering kali
suatu perusahaan meminta
kepada konsumennya untuk membayar sejumlah
uang sebagai jaminan
atas barang perusahaan
yang berada di tangan
konsumen. Biasanya, keadaan
semacam ini terjadi
dalam kontrak sewa. Uang
yang dibayar konsumen
tersebut disebut dengan deposito. Contoh
lain deposito adalah
uang jaminan yang
dibayar oleh karyawan kepada
perusahaan atas barang-barang
perusahaan yang dipinjam oleh
si karyawan, seperti
kunci, kendaraan, dan
properti lainnya. Kedua deposito di
atas akan dikembalikan
apabila kontrak telah
selesai. Dengan demikian, pengklasifikasian deposito
sebagai jangka pendek
atau jangka panjang tergantung
dari kontrak yang disepakati kedua belah pihak.
5. Pendapatan Diterima di Muka
Perusahaan yang
bergerak di bidang media
cetak, seperti majalah
dan koran biasanya menerima
cek dari konsumennya
untuk berlangganan.
Perusahaan penerbangan juga
sering menjual tiketnya
jauh hari sebelum pemberangkatan. Selain kedua
perusahaan tadi, restoran juga kadang-kadang menjual semacam
tiket kepada konsumennya
untuk bisa ditukarkan
atau digunakan untuk membeli
makanan.
C. AKUNTANSI UNTUK KONTINJENSI
Kontinjensi
didefinisikan oleh FASB
sebagai suatu kondisi
yang belum pasti bagi
perusahaan apakah kemungkinannya untung
(gain contingencies) atau rugi
(loss contingencies) apabila
suatu kejadian di
masa mendatang terjadi atau
gagal terjadi. Berdasarkan
definisi tersebut, kontinjensi
dibagi menjadi dua jenis,
yaitu (1) untung
(gain contingencies) dan
(2) rugi (loss
contingencies).
1. Gain Contingencies
Gain Contingencies
merupakan klaim atau
hak untuk menerima
aktiva (atau pengurangan kewajiban/utang) yang
kemungkinannya belum pasti. Beberapa contohnya, antara lain
berikut ini.
a. Kemungkinan
menerima uang kas
yang berupa pemberian,
donasi, bonus, dan lain-lain.
b. Kemungkinan pengembalian pajak dari
pemerintah.
c. Kemungkinan menang di pengadilan
Para akuntan
sepakat untuk melakukan
kebijakan konservatif. Gain contingencies tidak
dicatat. Akan tetapi,
kejadian-kejadian tersebut
diungkapkan dalam catatan laporan keuangan apabila ada kemungkinan yang
sangat tinggi hal
tersebut terealisasi. Akibatnya,
sangatlah jarang kita memperoleh informasi
tentang gain contingencies
dalam suatu laporan keuangan maupun catatan kakinya.
2. Loss Contingencies
Loss contingencies
merupakan situasi, di
mana perusahaan menghadapi kemungkinan kerugian.
Kewajiban yang muncul
akibat dari loss contingencies ini
disebut dengan kewajiban
kontinjen (Contingent
Liabilities). Ketika loss contingencies terjadi, kemungkinan terjadi atau tidak
terjadinya suatu peristiwa di masa
mendatang untuk menentukan munculnya kewajiban kontinjen
dapat dikategorikan sebagai
probable, reasonable probable,
dan remote. Berikut penjelasan dari FASB:
a. Probable
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu
peristiwa sangat tinggi.
b. Reasonable
Probable
Kemungkinan
terjadi atau tidak
terjadinya suatu peristiwa
lebih dari remote, tetapi kemungkinannya
tidak terlalu tinggi.
c. Remote
Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya suatu
peristiwa sangat rendah.
UTANG JANGKA PANJANG
A. KARAKTERISTIK DAN PENGERTIAN UTANG JANGKA
PANJANG
Utang Jangka
Panjang merupakan utang
perusahaan yang akan
jatuh tempo lebih dari
satu periode akuntansi.
Contoh Utang Jangka
Panjang adalah Utang Wesel Jangka Panjang dan Utang Obligasi. Utang Jangka Panjang merupakan utang yang
memerlukan proses formal dalam
pembentukannya, yaitu persetujuan
dari dewan direksi
dan/atau pemegang saham. Selain
itu, utang jangka
panjang selalu dibarengi
dengan perjanjian atau batasan-batasan tertentu
untuk perlindungan baik
kreditor maupun debitur (peminjam).
B. UTANG WESEL JANGKA PANJANG
Perbedaan Utang Wesel jangka panjang dan Utang
Wesel Jangka Pendek adalah pada saat
jatuh temponya. Perbedaan
utang wesel jangka
panjang dengan utang obligasi
adalah utang wesel
jangka panjang tidak
tersedia di pasar sekuritas
umum. Sedangkan, persamaan
antara utang wesel
jangka panjang dengan utang
obligasi adalah keduanya
dinilai pada present
value future interest dan
arus kasnya, dengan
diskonto atau premium
yang diamortisasi sepanjang umur wesel atau obligasi.
1. Wesel Diterbitkan pada Nilai Pari
Apabila
suatu wesel diterbitkan pada saat tingkat suku bunga efektif dan besarnya bunga
yang tercantum pada nilai pari adalah sama maka tidak akan ada diskon
ataupun premium sehingga
wesel tersebut dikatakan
diterbitkan pada nilai pari.
2. Wesel Diterbitkan Tidak Pada Nilai Pari
a.
Zero-interest-bearing
notes
Sama halnya
dengan utang wesel
jangka pendek, Zero-interest-bearing
notes bukan berarti
utang wesel jangka
panjang yang tanpa
bunga, tetapi bunga tetap
harus dibayar walaupun
itu implisit dan
disebut dengan tingkat bunga
implisit. Tingkat bunga
implisit merupakan tingkat
bunga hasil dari perbandingan kas (cash)
yang diterima dengan
jumlah (amount) yang diterima di
masa mendatang. Selisih
antara nilai pari
utang wesel dengan nilai
yang di-present value-kan
(kas yang diterima)
dicatat sebagai diskon dan diamortisasi ke biaya bunga
sepanjang umur utang wesel tersebut.
C. UTANG OBLIGASI
Utang obligasi
pada dasarnya merupakan
suatu pernyataan pengakuan utang berbunga secara tertulis,
sekaligus surat kesanggupan untuk membayar bunga secara
periodik dan pelunasannya.
Misalkan, Anda memiliki
satu lembar SUO (Surat
Utang Obligasi) yang
dikeluarkan oleh PT
Libra maka berarti PT
Libra secara tertulis
mengakui berutang kepada
Anda. Sekaligus PT Libra
menyatakan sanggup untuk
membayar bunga obligasi
secara periodik kepada Anda dan sanggup melunasi pada saatnya.
Secara umum
di dalam SUO
terdapat informasi mengenai
hal-hal
berikut:
1.
Nilai
nominal, yaitu nilai
yang tercantum di
dalam SUO. Nilai
ini merupakan jumlah yang diakui oleh perusahaan penerbit obligasi
sebagai pokok utang yang
akan dilunasi pada
saat jatuh tempo.
Walaupun pada umumnya jumlah
yang akan dibayar/dilunasi oleh
perusahaan penerbit obligasi adalah
sebesar nilai nominalnya,
akan tetapi ada
juga obligasi yang pelunasannya
tidak sebesar nilai
nominalnya.
2.
Tingkat bunga, yaitu besarnya bunga per
tahun yang disanggupi penerbit obligasi untuk dibayarkan secara periodik kepada
pemegangnya. Tingkat bunga ini biasanya
dinyatakan dalam persentase
tertentu dari nilai nominalnya.
3.
Periode pembayaran bunga, merupakan
jangka waktu pembayaran bunga yang
menjadi kewajiban perusahaan
penerbit obligasi. Periode pembayaran bunga
ini bisa setahun
sekali, tengah tahunan,
triwulanan, dan sebagainya. Periode
pembayaran bunga tengah
tahunan, artinya bunga obligasi
dibayarkan setiap setengah tahun sekali.
4.
Tanggal
jatuh tempo adalah
saat obligasi harus
dilunasi oleh penerbitnya. Sebagai
contoh, obligasi PT
Libra yang Anda
miliki mempunyai tanggal jatuh
tempo 1 Oktober
2020. Ini berarti
obligasi tersebut sudah harus
dilunasi oleh PT
Libra pada tanggal
1 Oktober 2020.
D. PENERBITAN SURAT UTANG OBLIGASI
Di pengantar
sudah disinggung bahwa
timbulnya utang obligasi
karena perusahaan memerlukan adanya
tambahan dana untuk
membiayai suatu investasi yang
memerlukan dana cukup besar. Sering kali hasil dari investasi tersebut baru
bisa dinikmati setelah
beberapa tahun sehingga
perusahaan tidak bisa memenuhi dana dengan utang jangka pendek. Dan
karena besarnya kebutuhan dana tersebut,
perusahaan juga tidak
bisa menghimpunnya hanya dari
satu investor saja.
E. JENIS UTANG OBLIGASI
Ada
beberapa jenis obligasi yang bisa dibedakan dari beberapa tinjauan, antara lain
berikut ini.
1. Dilihat dari bukti kepemilikan obligasi, ada
2 jenis obligasi, yaitu berikut ini.
a. Obligasi atas nama (registered bonds).
Obligasi ini
memerlukan pendaftaran nama
pemiliknya dalam catatan perusahaan.
Jika terjadi pemindahan
pemilikan, perusahaan
penerbit harus mengetahuinya. Dalam
hal ini, obligasi
yang dijual dibatalkan dan
diterbitkan obligasi baru atas nama pemilik baru.
b. Obligasi
atas unjuk (beared bonds)
atau obligasi kupon
(coupon bonds).
Obligasi ini
mudah sekali pemindahan
pemilikannya. Oleh karena orang
yang bisa menunjukkan
surat utang obligasi
tersebut atau yang menyerahkan
kupon yang memang
disertakan dianggap sebagai
pemiliknya dan berhak atas pembayaran bunga.
2. Dilihat dari cara pelunasannya, obligasi
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu berikut ini.
a. Obligasi bersyarat (term bonds) atau straight
bonds, ordinary bonds.
Adalah obligasi
yang jatuh temponya
pada satu tanggal.
Pelunasan terhadap obligasi ini
dilakukan seluruhnya pada
tanggal jatuh temponya.
b. Obligasi berseri (serial bonds).
Adalah obligasi
yang pelunasannya dilakukan
secara bertahap. Dengan kata
lain, obligasi ini mempunyai tanggal jatuh tempo yang tidak sama untuk
masing-masing serinya.
c. Obligasi terpanggil (callable bonds) atau
redeemable bonds.
Obligasi jenis
ini saat pelunasannya
tergantung pada perusahaan yang menerbitkan.
Jika perusahaan penerbit
menginginkan untuk
mengurangi utang obligasinya
maka ia akan
memanggil dan memberitahukan kepada
pemilik obligasi mengenai
bagian obligasi yang akan
dilunasi. Perusahaan, kemudian
melunasi sebesar bagian utang
obligasi tersebut. Bunga
atas obligasi yang
dilunasi dibayarkan lagi.
3. Dilihat dari ada tidaknya jaminan, dikenal 2
jenis obligasi, yaitu berikut ini:
a. Obligasi terjamin (secured bonds).
Obligasi ini
diterbitkan dengan disertai
jaminan berupa harta tertentu dari perusahaan penerbit.
b. Obligasi tak terjamin (unsecured bonds) atau
debenture bonds.
Obligasi jenis
ini tidak dijamin
dengan harta tertentu
dari perusahaan penerbit. Tetapi walaupun begitu secara hukum obligasi
ini dijamin dengan
setiap harta perusahaan
yang belum dijadikan jaminan untuk keperluan lain.
4. Obligasi
Terjamin ditinjau dari
harta untuk menjaminnya
dibedakan menjadi berikut.
a. Obligasi hipotek (mortgage bonds).
Obligasi ini
dijamin dengan aktiva
tetap tertentu milik
perusahaan penerbit.
b. Obligasi jaminan kepercayaan (collateral
trust bonds).
Obligasi jenis
ini pengeluarannya dijamin
dengan surat berharga perusahaan lain yang dimiliki
perusahaan penerbit
c. Obligasi bergaransi (guaranteed bonds).
Merupakan
obligasi yang dijamin oleh pihak ketiga.
5. Ditinjau dari pembayaran bunganya, obligasi
bisa dibedakan:
a. Obligasi laba (income bonds).
Pada
obligasi jenis ini pembayaran bunga dilakukan jika perusahaan penerbit
memperoleh laba dalam operasinya.
b. Obligasi penghasilan (revenue bonds).
Obligasi ini
pembayaran bunganya diambilkan
dari penghasilan tertentu
perusahaan penerbit.
AKUNTANSI UTANG
OBLIGASI
A. PERMASALAHAN AKUNTANSI UTANG OBLIGASI
Setelah Anda
mengenal apa itu
Utang Obligasi dengan
beragam jenisnya, tentunya Anda
akan bertanya, bagaimana
perlakuan akuntansi terhadap utang
obligasi tersebut. Perlakuan
akuntansi tentunya meliputi
cara pencatatannya sampai bagaimana
menyajikan dalam laporan
keuangan.
B. AKUNTANSI UTANG OBLIGASI SAAT PENGELUARANNYA
Maksud dari
subbahasan ini adalah
untuk menjelaskan bagaimana perusahaan penerbit
obligasi harus mencatat
atas pengeluaran dan
penjualan obligasi. Di dalam melakukan pencatatan terhadap pengeluaran
obligasi ada 2 metode yang bisa digunakan, yaitu berikut ini.
1. Pencatatan
dilakukan hanya terhadap obligasi yang terjual saja.
2. Pencatatan dilakukan
tidak hanya terhadap
obligasi yang terjual
saja, tetapi juga dilakukan terhadap obligasi yang masih belum terjual.
Kedua metode
tersebut dipakai karena
sering kali obligasi
yang sudah disetujui untuk
dikeluarkan belum atau
tidak langsung terjual
semuanya.
C. AKUNTANSI OBLIGASI SELAMA DALAM PEREDARAN
Permasalahan akuntansi
terhadap obligasi selama
dalam peredarannya meliputi
berikut ini.
1. Pengakuan dan pembayaran bunga periodik.
2. Amortisasi terhadap Premium atau Diskonto
Utang Obligasi.
LABA
DITAHAN DAN OPSI SAHAM
Seperti telah
Anda ketahui, Laba
yang Ditahan merupakan
bagian dari modal perusahaan
yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT). Dikatakan demikian karena
untuk perusahaan yang
bukan berbentuk PT,
pos yang sesuai dengannya akan
mempunyai istilah dan karakteristik yang berlainan.
Telah disinggung
di dalam modul
mengenai Modal Saham,
Laba yang Ditahan merupakan
elemen modal yang
berasal dari hasil
kegiatan usaha perusahaan. Laba
yang ditahan termasuk
Hak dari Pemegang
Saham (Owner’s Equity), oleh
sebab itu pada
saatnya nanti perusahaan
harus mengembalikannya kepada pemegang saham.
Pada dasarnya,
tujuan investor menanamkan
kekayaannya ke suatu perusahaan dengan
membeli sahamnya adalah
agar ia dapat
memperoleh pendapatan dari kekayaan
yang ditanamnya itu.
Sehubungan dengan itu, perusahaan berkewajiban
untuk mengelola kekayaan
investor yang
dipercayakan kepadanya
sehingga kekayaan tersebut
dapat semakin berkembang. Pengembangan
kekayaan yang dikelola perusahaan diwujudkan dengan laba
yang diperoleh dari
hasil kegiatan usahanya.
Dengan demikian, sudah selayaknya
apabila perusahaan harus
membagikan laba yang diperolehnya kepada
para pemegang saham.
Dividen
Kita
telah menyinggung di depan bahwa
dividen merupakan Laba
yang Ditahan perusahaan yang
dibagikan ke masing-masing
pemegang saham sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Sedangkan besarnya total dividen yang
dapat dibagikan oleh perusahaan, pada dasarnya sebesar saldo Laba yang Ditahan
yang dimiliki perusahaan, selama tidak ada pembatasan terhadap
penggunaan Laba yang
Ditahan untuk tujuan
khusus.
Pembagian dividen
kebanyakan berakibat berkurangnya
aktiva
Perusahaan, yang
dapat berupa kas
atau aktiva lainnya.
Meskipun demikian, ada
kemungkinan pembagian dividen hanya akan mengakibatkan berubahnya
komposisi modal perusahaan,
tanpa mempengaruhi aktiva.
Kemungkinan-kemungkinan ini tergantung
dari jenis dividen
yang dibagikan. Tentunya Anda
bertanya, ada berapa
jenis dividen yang
dapat dibagikan oleh perusahaan? Secara
umum, jenis dividen
yang dapat dibagikan
perusahaan adalah berikut ini.
1. Dividen Kas (Cash Dividends).
2. Dividen Aktiva Nonkas (Property Dividends).
3. Dividen Utang (Script Dividends).
4. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividends).
5. Dividen Saham (Stock Dividends).
Di antara
kelima jenis dividen
tersebut, yang paling
banyak digunakan perusahaan adalah
dividen kas. Oleh
karenanya, dividen kas
biasa disebut dengan dividen.
Pembatasan Laba yang Ditahan
A. PENGERTIAN
Anda telah
dijelaskan bahwa pada
dasarnya laba yang
diperoleh perusahaan harus diserahkan
kepada pemegang saham
sebagai return atau pendapatan pemilik
atas kekayaan yang
ditanamkan pada perusahaan.
Oleh karena itu, apabila
ada laba belum
dibagikan dan terakumulasi
dalam Laba yang Ditahan
maka jumlah akumulasi
laba tadi merupakan
jumlah maksimum yang dapat
dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen. Namun demikian,
dengan pertimbangan tertentu
serta ada ketentuan-ketentuan hukum
yang mengaturnya, perusahaan
perlu melakukan pembatasan terhadap
penggunaan Laba yang
Ditahan untuk tujuan-tujuan khusus.
Terdapat banyak
penyebab dan tujuan
perusahaan melakukan
pembatasan terhadap Laba
yang Ditahan. Tujuan-tujuan
yang paling umum adalah berikut ini.
1.
Menjaga
berkurangnya modal yang disetor.
2.
Memenuhi
perjanjian utang.
3.
Menjaga kemungkinan
kerugian yang harus
ditanggung perusahaan untuk masa
yang akan datang.
4.
Untuk
keperluan perencanaan keuangan perusahaan.
B. PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK MENJAGA
BERKURANGNYA MODAL DISETOR
Modal
yang disetor atau ditanam para pemegang saham pada perusahaan merupakan jaminan
bagi kreditor atas kekayaan yang dipinjamkannya kepada perusahaan. Besarnya
modal yang disetor
ini merupakan salah
satu aspek yang sering
kali dipertimbangkan oleh
kreditor dalam menentukan
berapa jumlah yang dapat
dipinjamkan kepada perusahaan. Sehubungan dengan itu, untuk menjaga
kepentingan kreditor terhadap
perusahaan, sudah sewajarnyalah jika
perusahaan menjaga agar
jangan sampai terjadi pengurangan jumlah modal yang
disetor.
Seperti yang
telah Anda ketahui
dari modul terdahulu,
treasury stock merupakan saham
yang ditarik kembali
sementara oleh perusahaan
yang menerbitkannya.
Pembelian saham sendiri
berupa treasury stock
untuk sementara jelas berakibat berkurangnya modal yang disetor, sampai
treasury stock dijual kembali. Misalkan, oleh karena suatu hal, penurunan modal
yang disetor karena pembelian treasury stock menjadi tidak sementara lagi,
artinya penurunan modal yang
disetor menjadi bersifat
permanen maka hal
ini jelas mengingkari prinsip
yang dikemukakan di
atas. Untuk menghindari terjadinya hal
tersebut maka bersamaan
dengan pembelian treasury
stock, perusahaan perlu membuat cadangan terhadap penurunan modal yang
disetor, yaitu dengan jalan
melakukan pembatasan terhadap
Laba yang Ditahan sebesar harga
perolehan treasury stock.
Dengan demikian, bila
terjadi
penurunan modal
yang disetor akibat
pembelian treasury stock
menjadi bersifat permanen maka
Laba yang Ditahan
yang telah dibatasi penggunaannya tersebut dapat
dikapitalisasi menjadi modal yang disetor.
C. PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK MEMENUHI
PERJANJIAN UTANG
Untuk menjaga
kredibilitas perusahaan, serta
untuk meyakinkan calon kreditor bahwa
utang perusahaan kepadanya
pasti akan dilunasi
pada waktunya, perusahaan menyisihkan
sebagian kasnya sebagai
dana untuk melunasi utangnya
tersebut. Penyisihan dana
ini dilakukan perusahaan dengan cara
membuat pembatasan terhadap
penggunaan kas dengan membentuk dana
untuk tujuan yang
dimaksud. Pembatasan kas
untuk keperluan pelunasan utang,
pada umumnya diberlakukan
terhadap utang jangka panjang.
D. PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK
KEMUNGKINAN TIMBULNYA KERUGIAN DI MASA YANG AKAN DATANG
Apabila perusahaan menderita suatu kerugian
dalam jumlah yang cukup besar maka mungkin sekali berakibat mengurangi jumlah
modal yang disetor. Untuk menghindari keadaan
demikian, perusahaan perlu
melakukan pembatasan terhadap Laba
yang Ditahan untuk
tujuan tersebut, begitu terdapat indikasi
kerugian itu akan
diderita oleh perusahaan.
Misalkan, perusahaan mengalami proses pengadilan dalam sengketa dengan
pihak lain, yang diperkirakan perusahaan
akan kalah dan
harus memenuhi klaim
pihak lawan. Atau dapat
juga bila terdapat
kecenderungan adanya deflasi
terus-menerus yang menyebabkan
perusahaan perlu menyesuaikan
harga pokok persediaannya, dan
sebagainya.
E. PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN UNTUK
PERENCANAAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Untuk meningkatkan
kapasitasnya, perusahaan senantiasa
melakukan pengembangan-pengembangan.
Pengembangan perusahaan dengan sendirinya membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Kebutuhan tambahan dana tersebut
bisa didapat dari
kreditor ataupun tambahan
setoran modal dari pemegang
saham. Akan tetapi,
pemenuhan kebutuhan dana
dengan kedua cara tersebut
sering kali sulit
untuk dilaksanakan. Pemenuhan
dana yang paling gampang
dilaksanakan dan paling
pasti direalisasikan adalah
berasal dari laba perusahaan
itu sendiri. Untuk
itu, laba yang
diperoleh perusahaan dari kegiatan
usahanya sudah selayaknya
jika tidak dibagikan
seluruhnya kepada pemegang saham
sebagai dividen.
F. PENYAJIAN PEMBATASAN LABA YANG DITAHAN DI
DALAM NERACA
Pembatasan terhadap
Laba yang Ditahan
harus diungkapkan di
dalam laporan keuangan akhir
tahun. Tujuan pengungkapan
atas dibatasinya penggunaan Laba
yang Ditahan adalah
agar pihak yang
berkepentingan, terutama
pemegang saham, mengetahui
berapa jumlah Laba
yang Ditahan yang dapat dibagikan
sebagai dividen.
Anda telah mengetahui bahwa
terhadap pembatasan Laba
yang Ditahan dapat dilakukan
pencatatan berupa catatan nonformal atau dapat pula dicatat di dalam
pembukuan perusahaan. Untuk
yang terakhir ini
diperlukan jurnal untuk mencatat
pembatasan Laba yang
Ditahan. Jika perusahaan
mencatat Laba yang Ditahan
ke dalam pembukuan
maka di dalam
Neraca Laba Ditahan tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian, yaitu berikut ini.
1. Laba Ditahan Apropriasi (dengan pembatasan).
2. Laba Ditahan Bebas (tanpa pembatasan).
Hak Beli Saham
A. PENGERTIAN HAK BELI SAHAM
Di dalam
Pengantar, Anda telah
dijelaskan secara sepintas
mengenai timbulnya hak beli
saham. Hak beli
saham timbul berkenaan
dengan dilakukannya emisi saham
oleh perusahaan. Emisi
saham itu dilakukan
oleh perusahaan dalam rangka
untuk menambah jumlah
modal sahamnya. Anda tentu
bertanya, mengapa emisi
saham harus diikuti
dengan adanya hak
beli saham? Sebuah pertanyaan yang bagus!
Pada dasarnya
hak beli saham
tersebut timbul karena
adanya hak yang dimiliki
oleh pemegang saham
untuk dapat mempertahankan hak
pemilikan relatifnya
terhadap perusahaan. Anda
telah mengetahui hak
tersebut dari modul sebelumnya
yang istilah asingnya
adalah preemptive right.
Dengan adanya hak ini
maka apabila perusahaan
menerbitkan dan menjual
saham barunya maka pemegang saham mempunyai hak untuk membeli saham baru
tersebut sebanyak proporsional
dengan nominal saham
yang dimilikinya. Apabila hak
ini dimanfaatkan oleh
pemegang saham, artinya
dia membeli saham baru
yang ditawarkan kepadanya
maka pemegang saham
itu mempunyai hak pemilikan
relatif yang tetap
besarnya terhadap perusahaan baik sebelum terjadi emisi saham
maupun sesudahnya.
B. HAK BELI SAHAM UNTUK PEMEGANG SAHAM
Dari uraian
sebelumnya Anda telah
mengetahui bahwa pada
dasarnya hak beli saham
timbul karena dimilikinya
preemptive right oleh
para pemegang saham. Hak beli saham diberikan kepada pemegang saham
bentuk Sertifikat Hak Beli Saham. Telah dijelaskan bahwa sertifikat hak beli
saham untuk para pemegang
saham diterbitkan pada
saat perusahaan melakukan emisi saham.
Jumlah lembar sertifikat
hak beli saham
diterbitkan sebanyak jumlah lembar
saham yang telah
beredar sebelum emisi
saham. Dengan demikian, jumlah
lembar sertifikat hak
beli saham yang
dibagikan kepada tiap pemegang
saham adalah sebanyak
jumlah lembar saham
yang dimilikinya.
Sertifikat Hak
Beli Saham pada
umumnya mengandung informasi mengenai hal-hal berikut.
1.
Harga saham
baru yang ditawarkan
perusahaan kepada pemegang
Hak Beli Saham, untuk tiap lembar saham baru tersebut.
2.
Masa berlakunya
Sertifikat Hak Beli
Saham, yaitu batas
waktu terakhir untuk dapat
menggunakan sertifikat tersebut.
3.
Jumlah lembar
Sertifikat Hak Beli
Saham yang dapat
digunakan untuk membeli tiap
lembar saham.
C. HAK BELI SAHAM UNTUK PEMBELI SURAT BERHARGA
PERUSAHAAN
Sertifikat Hak
Beli Saham dapat
pula diterbitkan dan
diberikan kepada pembeli surat
berharga yang diterbitkan
perusahaan, seperti Surat
Utang Obligasi ataupun Saham.
Biasanya pemberian Sertifikat
Hak Beli Saham kepada
pembeli surat berharga
perusahaan bertujuan untuk
dapat menjual surat berharganya
dengan harga pasar yang lebih tinggi.
Dengan adanya
nilai ekonomis pada
Sertifikat Hak Beli
Saham maka Sertifikat Hak Beli
Saham dapat disebut sebagai surat berharga pula. Dengan demikian, apabila
nilai ekonomis Sertifikat
Hak Beli Saham
tadi bisa ditentukan secara
pasti maka penjualan
surat berharga yang
disertai dengan Sertifikat Hak
Beli Saham pada dasarnya merupakan penjualan terhadap dua jenis surat berharga.
Oleh karena itu, hasil penjualan surat
berharga tersebut perlu
dialokasikan kepada masing-masing
jenis surat berharga
yang dijual, seperti halnya
pada penjualan surat
berharga secara lumpsum pada
modul terdahulu.
D. HAK BELI SAHAM UNTUK KARYAWAN PERUSAHAAN
Kita telah
membahas secara cukup
terperinci tentang pemberian
Hak Beli Saham kepada
para pemegang saham
dan pembeli surat
berharga perusahaan. Hak Beli
Saham, seperti yang
telah kita bicarakan
pada bagian sebelumnya, juga
bisa diberikan kepada
karyawan perusahaan. Hak
Beli Saham untuk karyawan perusahaan biasa disebut dengan Opsi Saham (Stock
Option).
Sebagaimana halnya
dengan Hak Beli
Saham lainnya, opsi
saham merupakan hak istimewa
yang diberikan kepada
karyawan perusahaan yang memenuhi
kriteria tertentu untuk
dapat membeli saham
perusahaan dalam jumlah dan harga
tertentu selama jangka waktu yang telah ditetapkan. Harga saham yang
ditawarkan kepada karyawan
pemegang opsi saham
disebut Harga Opsi (Option
Price). Sedangkan masa
berlakunya opsi saham
disebut Periode Opsi (Option Period).
LABA
PER SAHAM
Penilaian kinerja
suatu perusahaan merupakan
hal yang sangat
penting baik bagi investor,
calon investor, maupun
manajemen. Bagi investor penilaian kinerja
menjadi dasar apakah
akan melepas, menambah,
atau mempertahankan investasinya. Bagi calon investor, penilaian kinerja
menjadi dasar keputusan untuk
berinvestasi atau tidak.
Dan bagi manajemen, penilaian kinerja menjadi dasar
bonus yang diterimanya dan keputusan untuk menentukan kebijakan-kebijakan di
masa depan. Dengan kata lain, penilaian kinerja
suatu perusahaan merupakan
dasar yang sangat
penting dalam pembuatan keputusan
oleh banyak pihak.
Metode-metode dalam
penilaian kinerja suatu
perusahaan banyak sekali jenisnya, baik
yang bersifat finansial
maupun yang bersifat
nonfinansial. Secara nonfinansial, kinerja perusahaan bisa dilihat dari
loyalitas konsumen, kualitas
limbah, corporate social
responsibilities, dan lain
sebagainya. Sedangkan,
secara finansial, kinerja
perusahaan bisa diukur
dari item-item yang ada
di laporan keuangan.
Selain itu, yang
paling banyak digunakan adalah analisis
rasio keuangan. Cara
kerja analisis rasio
keuangan adalah
dengan membandingkan
antar satu item yang ada
di laporan keuangan dengan item lainnya. Salah satu yang
paling banyak digunakan adalah Laba per saham (Earnings per Share/EPS).
EPS
merupakan rasio yang
membandingkan antara total
laba yang diperoleh perusahaan
dengan saham biasa yang
beredar sehingga dapat diketahui nilai laba yang diperoleh
setiap lembar saham. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memberikan laba bagi pemegang
sahamnya yang semakin
baik.
LABA PER SAHAM DASAR
Besarnya
laba dan arus
kas yang dihasilkan
oleh perusahaan di
masa depan merupakan faktor
penting penentu nilai
perusahaan tersebut. Menilai perusahaan
secara keseluruhan merupakan
hal yang krusial
ketika terjadi negosiasi merger, buyouts, dan kejadian lain yang serupa
– merupakan kejadian yang jarang terjadi selama masa hidup perusahaan. Dalam
penilaian sehari-hari, banyak analis
memilih fokus pada
nilai saham biasa
secara individu (per lembar).
Untuk tujuan ini,
mengetahui pendapatan yang
diperoleh setiap
saham akan sangat
membantu. Karena faktor
tersebutlah, laba per saham dihitung.
Data
laba per saham
biasanya dilaporkan dalam
keterangan finansial yang banyak
digunakan oleh para
pemegang saham dan investor
potensial dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Laba per saham
(Earnings per Share/EPS) menunjukkan laba
yang dihasilkan oleh
setiap lembar saham biasa. Jadi, EPS dilaporkan hanya untuk
saham biasa.
A. STRUKTUR MODAL SEDERHANA
Perusahaan yang
struktur modalnya dianggap
sederhana adalah yang hanya terdiri dari saham biasa atau
termasuk juga saham biasa potensial yang merupakan hasil
konversi atau yang
bisa melemahkan (dilute)
laba per lembar saham
biasa. Struktur modal
dikatakan kompleks/rumit jika didalamnya termasuk
sekuritas yang dapat
memberikan efek dilutif
(dilutive effect) terhadap laba per lembar saham biasa. Perhitungan EPS
untuk struktur
modal yang
sederhana melibatkan dua
items (selain laba
bersih), yaitu: dividen saham
preferen dan jumlah
saham yang beredar
dengan menggunakan rata-rata tertimbang.
1. Dividen Saham Preferen
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, bahwa EPS terkait dengan laba per lembar saham
biasa. Ketika perusahaan
mempunyai saham beredar
yang berupa saham biasa
dan saham preferen
maka dividen saham
preferen periode saat ini
harus dikurangkan dari
laba bersih untuk
memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham
biasa. Rumusan untuk
menghitungnya adalah sebagai berikut:
![](file:///C:/Users/Dicky/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Dalam melaporkan
informasi EPS, dividen
saham preferen harus
dikurangkan dari
setiap komponen laba
(dari operasional berjalan
dan laba
sebelum item
luar biasa) dan
akhirnya dari laba
bersih untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa.
2. Rata-rata Tertimbang Jumlah Saham yang
Beredar
Dalam semua
perhitungan EPS, rata-rata
tertimbang jumlah saham beredar
selama periode berjalan
menjadi dasar bagi
jumlah per saham
yang dilaporkan. Saham yang
diterbitkan dan dibeli
selama periode berjalan, berdampak pada
jumlah saham beredar
dan harus di
rata-rata tertimbangkan
dengan membaginya ke
dalam periode-periode beredarnya.
3. Dividen Saham dan Stock Splits (Pemecahan
Saham)
Ketika terjadi
pembagian dividen saham
dan stock split
(pemecahan saham),
perhitungan rata-rata tertimbang
saham beredar perlu
untuk dilakukan restatement sebelum
dividen saham atau
split.
LABA PER SAHAM –
STRUKTUR MODAL KOMPLEKS
Satu
masalah dalam perhitungan
EPS dasar adalah
perhitungan tersebut gagal mengantisipasi
potensi dampak dilusian pada saham beredar ketika perusahaan mempunyai
sekuritas dilusian (dilutive securities). Sekuritas dilusian adalah
sekuritas yang bisa
dikonversi ke sahan
biasa dan konversi tersebut menyebabkan
melemahnya EPS. Sekuritas
dilusian menimbulkan masalah serius
karena jika mereka
dikonversi ke saham
biasa menimbulkan dampak yang
negatif bagi nilai EPS. Efek negatif ini bisa menjadi signifikan dan, lebih
penting lagi, hal
tersebut tidak diharapkan,
kecuali laporan keuangan mampu
mensinyalir keberadaan potensi
dampak dilusian dengan cara-cara tertentu.
Suatu
struktur modal yang
kompleks terjadi ketika
perusahaan mempunyai
sekuritas yang dapat
dikonversi, opsi, waran
atau hak lain
yang jika dikonversi menyebabkan
menurunnya nilai EPS.
Oleh karena itu, perusahaan dengan
struktur modal yang
kompleks, baik EPS
dasar maupun dilusian harus dilaporkan.
A. LABA PER SAHAM DILUSIAN–EFEK-EFEK YANG DAPAT
DIKONVERSI (CONVERTIBLE SECURITIES)
Saat
terjadi konversi, sekuritas konvertibel diubah menjadi saham biasa. Metode
untuk menilai dampak dilusian dalam potensi konversi terhadap EPS disebut dengan
if-converted method.
If-converted method untuk
obligasi konvertibel
menggunakan asumsi sebagai
berikut. (1) terjadinya
konversi terhadap sekuritas konvertibel
dilakukan pada awal
periode (atau pada
saat penerbitan sekuritas, jika diterbitkan
pada awal periode),
dan (2) pengeliminasian bunga
yang terkait. Jadi,
denominator – rata-rata tertimbang jumlah
saham beredar –
meningkat dengan bertambahnya
saham yang diasumsikan terbit
tersebut.
B. LABA PER SAHAM DILUSIAN–OPSI DAN WARAN
Opsi
saham dan waran yang beredar dimasukkan dalam perhitungan EPS dilusian, kecuali
jika mereka bersifat antidilutive. Opsi dan warran dan yang sejenisnya dimasukkan
dalam perhitungan EPS
dilusian dengan menggunakan
metode saham treasury (treasury stock
method). Metode saham treasury
mengasumsikan bahwa opsi
atau waran diterapkan, pada
awal tahun (atau
tanggal diterbitkannya jika
diterbitkan setelah awal tahun)
dan bahwa proses
dari diberlakukannya opsi dan waran digunakan untuk membeli saham biasa
dalam treasury. Jika harga berlakunya lebih rendah daripada harga pasar saham
maka proses dari diterapkannya opsi dan
waran tidak cukup
untuk melakukan pembelian
kembali (buy back) seluruh saham.
0komentar:
Posting Komentar